Thursday, December 8, 2016

Stiker 'Saya Benar-benar Keluarga Miskin' di Banyumas Dianggap Berlebihan

Untuk dapat menyalurkan Beras Miskin (Raskin) kepada keluarga miskin di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Banyumas membuat stiker yang harus ditempelkan oleh warga miskin dirumahnya masing-masing. Namun kalimat yang tertulis dalam stiker warga miskin yang dibuat Pemkab Banyumas tersebut, dinilai oleh beberapa tokoh masyarakat di Banyumas terlalu berlebihan.

Dalam Stiker berwarna merah dengan kop Pemerintah Kabupaten Banyumas tersebut, bertuliskan 'Saya Benar-benar Keluarga Miskin yang layak menerima Beras Miskin (Raskin)'. Stiker tersebut dibagikan ke desa-desa dan ditempel di rumah-rumah warga miskin Kabupaten Banyumas.

"Sebenarnya cukup menyebutkan penerima raskin saja sudah cukup. Tidak perlu penegasan-penegasan macam itu," jelas Sekretaris Komisi D DPRD Banyumas, Yoga Sugama, kepada wartawan, Kamis (8/12/2016).

Dia menjelaskan, pihaknya sebenarnya tidak setuju dengan kebijakan penempelan stiker yang dinilai kalimatnya terlalu vulgar. "Kalimatnya itu seolah-olah menuding warganya 'Kowe Kere'. Itukan tidak manusiawi," ujarnya.

Dia menjelaskan, kebijakan tersebut sebenarnya dibuat agar penyaluran raskin tepat sasaran, sehingga warga miskin yang dipasangi stiker warga miskin benar-benar berhak mendapatkan raskin. Namun selama ini kebanyakan warga yang tidak mampu tidak masuk dalam data RTS (Rumah Tangga Sasaran), sehingga tidak menerima raskin. 

"Melihat hal tersebut akhirnya pemerintah desa, RT dan RW, banyak yang mengambil kebijakan membagi-bagi jatah beras raskin tidak hanya pada warga miskin yang masuk RTS. Melainkan juga pada warga miskin yang tidak masuk dalam RTS," ungkapnya.

Sementara menurut Dosen Sosiologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Tri Wuryaningsih, mengatakan bahasa dalam stiker tersebut kurang humanis dan cenderung mendiskreditkan warga miskin.

Dalam kasus raskin tidak tepat sasaran sehingga warga yang tidak miskin juga mendapatkan raskin, yang salah adalah warga mampu yang mengambil hak warga miskin. Tetapi, untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemkab Banyumas justru mengorbankan perasaan warga miskin yang sama sekali tidak bersalah.

ʺTanpa harus membuat pengakuan bahwa ʼSaya Benar-Benar Miskinʼ, warga miskin berhak untuk menerima raskin, jadi tidak seharusnya mereka dipermalukan seperti itu,ʺ ujarnya.

Dia juga mengungkapkan jika pihaknya sangat setuju dengan pemasangan stiker untuk memantau distribusi raskin, namun seharunya stiker tersebut dibuat dengan bahasa yang tidak menyudutkan warga miskin.

ʺSebenarnya cukup ditulis ʼPenerima Manfaat Raskinʼ, itu sudah mewakili dan tidak perlu menyudutkan warga miskin,ʺ ucapnya.

Kabag Perekonomian Setda Banyumas, Sugiyanto mengatakan jika pihaknya tidak mungkin mengganti stiker raskin. Karena semua sudah selesai dicetak dan sudah didistribusikan ke kecamatan-kecamatan sebanyak 124.422 stiker sesuai dengan jumlah rumah tangga miskin di Banyumas.

Sedangkan untuk kata-kata yang tertulis dalam stiker raskin 'Saya Benar-Benar Keluarga Miskin Yang Layak Menerima Beras Miskin (Raskin)ʼ merupakan ide Bupati Banyumas. Pihaknya hanya mengajukan usulan, kemudian dikoreksi oleh bupati. Dan yang turun dari bupati adalah kata-kata yang seperti tercantum dalam stiker sekarang.

ʺKita pengajuannya mengacu ke Kabupaten Cilacap, karena Cilacap menjadi juara dalam pembuatan stiker. Kita ajukan ke Pak Bupati, kemudian yang turun seperti yang tercetak dalam stiker sekarang ini,ʺ jelasnya.

Sebelumnya, dalam stiker raskin di Kabupaten Cilacap yang dibagikan tertulis ʼRumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Program Raskin 2015ʼ. Namun setelah diajukan ke bupati Banyumas, keputusan tulisan dalam stiker raskin menjadi ʼ Saya Benar-Benar Keluarga Miskin Yang Layak Menerima Beras Miskin (Raskin)ʼ.

Sementara menurut Ketua RW 8 Kelurahan Purwokerto Wetan, Kecamatan Purwokerto Timur, Rubi Runanto mengatakan jika stiker-stiker tersebut sudah dipasang di rumah-rumah warga miskin yang memang masuk dalam data RTS. Di wilayahnya terdapat sekitar 16 KK warga miskin yang masuk dalam data RTS. Dia pun tidak menampik jika kalimat yang tertulis dalam stiker tersebut terlihat cukup vulgar.

"Waktu mau pasang stiker itu, rasanya bagaimana ya. Soalnya kalimatnya seperti itu sih. Kenapa tidak tulisan sederhana saja, misalnya kayak tulisan 'Keluarga Miskin Penerima Raskin'. Begitu saja kan sudah cukup,'' ujarnya.

Sesederhana pemikiran nenek Kasem (60) salah satu warga Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok penerima raskin yang mengatakan jika dirinya tidak mempermasalahkan tulisan dalam stiker yang berbunyi 'Saya Benar-benar Keluarga Miskin yang layak menerima Beras Miskin (Raskin)' selama dirinya masih mendapatkan raskin.

"Ya tidak masalah (dengan tulisan di stiker), yang penting masih bisa dapat raskin untuk makan," ujarnya.

0 comments:

Post a Comment